POTENSI PERTANIAN BANJARNEGARA
Penduduk Banjarnegara yang mencapai satu juga lebih, sebagian besar
atau 623.000 jiwa tertarik untuk menekuni bidang pertanian. Dengan luas
wilayah 106.971 hektar atau 3,10 persen dari luas propinsi Jawa tengah.
Dengan lahan pertanian sawah seluas 14.663 hertar dan lahan pertanian
bukan sawah yang terdiri dari tegalan 44.478 ha , perkebunan 3223 ha
dan kolam seluas 519 Ha. Dengan potensi yang ada tersebut sangat relevan
jika Banjarnegara sangat mengandalkan bidang pertanian sebagai potensi
utama di Banjarnegara.
Untuk mewujudkan visi tersebut berbagai
dilakukan dengan strategi peningkatan produktifitas melalui bidang
pertanian seperti Penerapan Pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman
Terpadu, Perbaikan Budidaya disertai dengan pengawalan pendampingan dan
koordinasi, Penerapan SOP Tanaman hortikultura, penggunaan komoditas
alternatif (gandum untuk kentang dll), Pemberian Bantuan Benih, Saprodi
dan bantuan lainnya untuk mendukung peningkatan produktifitas. Dukungan
lain berupa pemberian bantuan keuangan melalui Bansos, PUAP, LM3, dan
SDM.
Potensi pertanian di Kabupaten Banjarnegara didukung oleh
ketersediaan lahan yang subur dan cocok untuk pengembangan berbagai
jenis komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang menjadi unggulan
meliputi padi, jagung, kedelai, kentang, salak, durian, manggis, ikan
gurami, lele, patin, nila, sapi, kambing dan domba. Ketersediaan lahan
yang ada saat ini juga relatif luas untuk pengembangan sektor pertanian.
Potensi pengembangan pertanian di Kabupaten Banjarnegara tersebar di
beberapa lokasi / kecamatan. Bagian utara yang terdiri dari daerah
pegunungan, relief bergelombang dan curam untuk pengembangan komoditas
seperti kentang, jagung, kambing dan domba. Bagian tengah yang terdiri
dari daerah datar untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai,
salak, durian, manggis, perikanan dan ternak sapi. Bagian selatan yang
terdiri dari daerah datar dan curam untuk pengembangan komoditas padi,
kacang tanah, durian, manggis dan sapi.
Kepala Dintankannak
Banjarnegara Ir. Dwiatmaji mengatakan sasaran dan skenario produksi
pada tahun 2012 adalah kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memacu peningkatan
produksi komoditi utama tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai
disamping komoditi pangan lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau,
ubi kayu dan ubi jalar.
Dengan mempertimbangkan pencapaian sasaran
yang telah di capai tahun 2011 dan beberapa permasalahan dan tantangan
yang masih di hadapi tahun 2012 di Banjarnegara maka sasaran produksi
tanaman pangan tahun 2012 adalah berupa padi sawah sebesar 146.167 ton,
padi Gaga 10.642 ton, Jagung 117.596 ton serta kedelai sebesar 570 ton.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka Dintankanak Banjarnegara telah
menyusun skenario pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan kedelai
tahun 2012 melalui komoditas padi SLPTT Padi Non Hibrida seluas 7.000
ha, SLPTT Padi Hibrida seluas 1.150 Ha, SLPTT Padi Gogo 2011 (panen2012)
2012 seluas 1.500 ha, SLPTT Padi Gogo 2012 dengan masa panen tahun 2013
seluas 2.500 ha serta BLBU APBD Provinsi Padi yang mengusulkan 400 Ha.
Sementara Komoditas Jagung menyediakan lahan SLPTT Jagung Hibrida
seluas 1.500 Ha, BLBU Non SLPTT Jagung Hibrida APBD-P 2011 seluas 2.000
Ha, BLBU lain tahun 2012 mengusulkan lahan seluas 2.500 Ha. Sedangkan
untuk Komoditas kedelai SLPTT Kedelai mengusulkan lahan seluas 800 Ha.
Untuk mencapai produksi tersebut juga akan diberikan bantuan benih
SLPTT dan bantuan langsung benih unggul (BLBU) berupa Padi Non Hibrida
sebanyak 25 Kg per Hektar, Padi Hibrida sebanyak 15 Kg / Ha, Padi Gogo
sebanyak 25 / Ha, Jagung Hibrida sebanyak 15 Kg / Ha serta Bantuan
Kedelai 40 Kg / ha.
Dilihat dari sampai luas tanam yang telah
dilaksanakan pencapaian sasaran masih bisa terlaksana khususnya unutk
komoditas padi dan jagung. Hal ini diperoleh dari adanya pelaksanaan
sekolah lapang pengelolaan terpadu untuk meningkatkan produktifitas.
Selain itu terjaminnya air melalui perbaikan jaringan irigasi baik mitu
JITUT maupun Jides juga ikut menjamin tercapainya sasaran yang ada. Dari
segi sarana dan prasarana permasalahan seperti berkurangnya tenaga
kerja baik itu dalam pengelolaan tanah maupun panen dapat terminimalisir
dengan adanya bantuan berupa alat mesin pertanaian baik berupa traktor,
Pompa air, Treaser dan Power spayer.
“Serangan hama juga dapat
ditanggulangai dengan adanya petugas pengamat organisme pengganggu
tanaman dan bantuan obat-obatan untuk OPT tersebut,” kata Dwiatmaji.
Pupuk juga menjadi salah satu elemen penting. Untuk itu ketersediaan
pupuk baik pupuk bersubsidi maupun non subsidi sangat penting dan
berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya pertanian. Pengembangan
kelembagaan petani dan peningkatan pengetahuan teknik budidaya melalui
SL PTT dan penyuluhan dari penyuluh pertanian lapangan ikut mendukung
tercapainya sasaran yang ada.
Keseluruhan hal tersebut saling
bersinergi mendukung upaya pengembangan bidang pertanian khususnya
tanaman pangan sehingga sasaran produksi tahun 2012 bisa tercapai.
Salak dari Desa Gunung Giana saat ini juga sudah merambah ke super
market. Hypermart salah satu super market ternama di Indonesia juga
telah menjadi partner dalam pemasaran salak lokal Banjarnegara yaitu
salak pondoh Gunung Giana.
Salak pondoh Gunung Giana dinilai mempunyai standart operating procedure (SOP) dalam penanaman dan penanganan.
Menurut managemen Hypremart selain berasal dari bibit berkualitas juga
mendapat perlakuan yang baik selama masa penanaman, masa panen, packing
hingga siap dipasarkan.
Sementara Durian varietas lokal simimang
mempunyai kualitas baik bahkan sudah teregristasi sebagai salah satu
varietas asli dari Banjarnegara, meski tidak terlalu besar bentuknya
namun durian Simimang mempunyai rasa manis, dengan daging buah tebal,
biji kecil atau kempos namun kadar alkoholnya rendah. Selain Durian,
Manggis juga merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten
Banjarnegara. Meski pemasarannya baru untuk memenuhi kebutuhan lokal
namun sebenarnya produktivitas dari buah-buahan lokal ini cukup baik.
Dengan berbagai jenis hortikultura yang ada maka investasi pada sub
sektor ini sangat menjanjikan.
Bidang Perikanan
Kabupaten
Banjarnegara memiliki peluang investasi yang cukup besar pada bidang
perikanan, apalagi setelah dicanangkannya daerah minapolitan Rajapurbawa
yang meliputi Kecamatan Rakit, Mandiraja, Purwanegara, Bawang dan
Wanadadi. Komoditas perikanan yang diunggulkan di Kabupaten Banjarnegara
meliputi Ikan Gurami, Lele, Patin dan Nila. Hanya saja Gurami dan Nila
kini menjadi komoditas utama dan ikon Banjarnegara di bidang perikanan.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup
besar seperti sumber daya lahan seluas 1.200 Ha dan sumberdaya air yang
melimpah.
Sektor perikanan di Banjarnegara baru termanfaatkan 25%.
Luas lahan potensial untuk perikanan air tawar yang perairannya lancar
sekitar 1.200 Ha, namun yang dimanfaatkan baru 25% saja. Untuk budi daya
Gurami, Mas, Lele dan Patin sekitar 300 Ha, sedangkan untuk ikan tawes,
mujahir, nila, nagri dan lain-lain baru 75 Ha. Jaring karamba apung
baru dimanfaatkan 23 Ha, sedangkan luas yang diijinkan untuk usaha KJA
sebesar 43,5 Ha. Areal perkolaman 366,21 Ha, dan Mina padi seluas 58,8
Ha.
Sumber daya air sangat berlimpah baik dari mata air maupun
perairan umum seperti sungai Serayu, Sungai Merawu, Sungai Kalisapi,
Sungai Pekacangan dan Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman yang lebih
dikenal dengan nama waduk mrica seluas 1.250 Ha dan telaga di beberapa
wilayah yaitu telaga Merdada, Balai Kambang, Sewiwi dengan luas total
114,4 Ha.
Lahan perikanan yang cukup luas lagi adalah penangkapan
ikan di perairan umum, yaitu genangan waduk PB. Sudirman, sepanjang
Sungai Serayu dan anak-anak sungainya yang sulit dihitung.
Melihat
potensi sumber daya alam, lingkungan, sosial masyarakat dan aparat
pemerintah yang sangat mendukung perkembangan perikanan maka
Banjarnegara memberikan peluang terbaik kepada investor yang akan
menanamkan modalnya pada bidang perikanan.
Kepala Dintankanak
Dwiatmaji melalui Kepala Bidang Perikanan, Totok Setya Winarna
mengatakan, Memelihara ikan telah menjadi bagian hidup penduduk
Banjarnegara. Bahkan sawah dan ladang banyak yang disulap menjadi kolam
budidaya ikan air tawar. Petani banyak yang beralih profesi menjadi
pembudi daya ikan.
“Budidaya ikan di Banjarnegara jenisnya cukup
banyak (11 komoditas) yaitu Gurami, Nila, Lele, Patin, Tawes, Bawal,
Mas, Nilem, Tambakan, Sepat Siam, Nagri dan ikan hias. Potensi inilah
yang terus dikembangkan karena mampu meningkatkan taraf hidup
pembudidaya,” katanya.
Restocking penyebaran ikan di tempat umum
seperti sungai, danau dan waduk dengan harapan masyarakat bisa
mendapatkan ikan dengan cara mudah dan murah tanpa harus membeli, jika
masyarakat bisa menikmati ikan sudah pasti secara gizi keluarga juga
terpenuhi.
Dengan semakin menyempitnya lahan maka harus disiasati
dengan cara intensifikasi, ekstnsifikasi (perluasan kolam) serta
desersifikasi antara lain dengan cara mendalamkan kolam dan dengan cara
mina padi.
Selain itu untuk meningkatkan gemar makan ikan juga
diperlukan inovasi pembuatan makanan olahan dari ikan seperti dengan
membuat bakso ikan, abon dan keripik ikan. Sehingga masyarakat tidak
hanya melihat ikan makanan biasa. Selain itu, dengan inovasi membuat
makanan olahan dari ikan juga akan menambah nilai ekonomi bagi petani,
karena bagimanapun harga makanan olahan dari ikan juga bertambah.
Setiap anak sangat membutuhkan supply makanan terutama protein, dengan
banyak mengonsumsinikan dengan sendirinya tingkat nilai gizi keluraga
juga ikut meningkat. Seperti diketahui saat konsumsi makan ikan
masyarakat Banjarnegara masih rendah yairu 9,67 kg per tahun, jika
ditambah dengan konsumsi ikan laut maka mencapai 11,83 persen.
“Pada
tahun 2012 ini program gemar makan ikan akan menargetkan angka 15
persen, selain restocking dengan inovasi makanan olahan dari ikan
diharapkan program gemar ikan semakin meningkat,” kata Toto Kepala
Bidang Perikanan.
Peluang Investasi Tanaman Pangan
dan Hortikultura
Jika melihat potensi yang dimiliki, maka Investasi sektor pertanian di
Kabupaten Banjarnegara sangat prospektif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010
yang ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4,5%. Sektor pertanian
merupakan sektor yang dominan memberikan sumbangan sebesar 38,27%.
Kabupaten Banjarnegara memberikan peluang terbaik kepada semua investor
untuk menciptakan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.
Sektor
pertanian dititikberatkan pada sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura. Sub sektor tanaman pangan meliputi komoditas unggulan
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi
jalar.
Padi ditanam diseluruh Kecamatan di Banjarnegara baik padi
sawah maupun padi gogo kecuali kecamatan Batur. Melihat kondisi yang
ada komoditas padi menjadi andalan bagi penanaman investasi yang cukup
cerah. Sedangkan jagung merupakan komoditas unggulan setelah padi,
jagung merupakan makanan pokok bagi sebagian penduduk.
Selain
sebagai komoditas makanan jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama
pakan ternak dan Bioetanol. Sentra produksi jagung di Kabupaten
Banjarnegara meliputi: Kecamatan Pejawaran, Karangkobar, Pagentan,
Purwanegara, Kalibening dan Karangkobar. Jagung selama ini belum banyak
diperhatikan sebagai komoditi yang dibudidayakan secara komersial.
Memang telah ada budidaya jagung di beberapa wilayah Kabupaten
Banjarnegara, namun sasaran komoditas itu hanya sebatas pemenuhan
kebutuhan konsumsi. Sedangkan jagung pipilan kering selama ini masih
belum dibudidayakan. Dengan demikian jagung menjadi komoditas yang
memiliki prospek cerah.
Sementara kedelai merupakan komoditas bahan
baku tahu dan tempe saat ini sudah menjadi makanan rakyat yang sangat
populer. Meski begitu saat ini kedelai masih diimpor dari luar negeri
karena produksi yang ada belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat dan
permintaan pasar. Sedangkan kacang tanah dan kacang hijau tumbuh subur
di tanah yang bertekstur gembur di Kabupaten Banjarnegara kedelai,
kacang tanah dan kacang hijau yang di budidayakan secara komersial masih
sangat terbatas, maka komoditas kedelai, kacang tanah dan kacang hijau
memiliki prospek yang cerah.
Potensi pertanian lainnya yaitu ubi
kayu dan ubi jalar juga merupakan bahan pangan rakyat yang bisa tumbuh
di berbagai media tanah kering. Tanamam ini relatif mudah dibudidayakan
tanpa perawatan khusus. Hasil potensi ubi kayu dan ubi jalar belum
diolah menjadi bahan industri sehingga peluang investasi pada komoditas
ini sangat prospektif.
Pada Sub sektor hortikultura meliputi
komoditas unggulan Kentang, Salak, Durian dan Manggis. Kentang merupakan
komoditas unggul yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Kabupaten
Banjarnegara, kentang selain digunakan sebagai sayur, varietas tertentu
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku keripik. Dengan telah
dibangunnya tempat penagkaran di Batur, diharapkan kekurangan bibit bisa
di supply dari potensi lokal. Meski belum bisa tertangani semua
kesulitan bibit unggul dari potensi lokal namun adanya penangkaran
kentang setidaknya menjadi upaya kemandirian pertanian kentang dari
ketergantungan bibit dari luar daerah.
Salak yang merupakan potensi
lain disektor hortikultura juga merupakan salah satu komoditas unggulan
di Banjarnegara. Salak mempunyai segmen pemasaran ke berbagai kota-kota
besar di wilayah Pulau Jawa bahkan sudah ada yang di ekspor.
Potensi
perikanan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten
Banjarnegara berupa produksi konsumsi mencapai 3.956.7 ton, dengan nilai
sekitar Rp. 55.702.100.000,00 sementara benih ikan sebesar 271.900.000
ekor dengan nilai Rp. 54.523.750.000,00. Jumlah pembudidaya ikan
sebanyak 18.459 RTP, pedagang ikan 650 RTP, yang tergabung dalam 123
Kelompok Pembudidaya Ikan.
Jika melihat statistik yang ada sentra
perikanan di Kabupaten Banjarnegara sangat potensial untuk dikembangkan
ke arah yang lebih besar lagi. Selain masih luasnya lahan budidaya, juga
tersedianya air yang cukup, agroklimat, pasar ikan yang terbesar di
Provinsi Jawa Tengah, serta banyaknya permintaan yang belum tercukupi.
Data pada akhir tahun 2009 yang mencakup di 12 kecamatan (dari 20
kecamatan) di Kabupaten Banjarnegara ada 51 desa yang usaha perikanan
budidaya cukup berkembang dan maju. Seiring meluasnya berkembangan
perikanan di Banjarnegara, jumlah desa yang melakukan budidaya perikanan
juga makin bertambah. Saat ini tercatat data kelompok Pembudidaya ikan
di kawasan Minapolitan sebanyak 61 pembudidaya ikan di kecamatan Rakit
sedangkan di Kecamatan Purwanegara terdapat terdapat 107 kelompok
pembudidaya ikan
Rencana pembangunan jangka panjang Bidang Perikanan
Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara
bertujuan mengoptimalkan potensi sumber daya perikanan. Indikator
keberhasilan program kegiatan tersebut di atas adalah peningkatan
produksi perikanan budidaya sebesar 300% (25% per tahun), peningkatan
produksi pengolahan ikan sebesar 5 - 10% per tahun, peningkatan konsumsi
ikan per kapita sebesar 5 - 7% per tahun dan penambahan lapangan kerja 8
- 10 % per tahun.
Usaha perikananan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air, baik volume maupun kualitasnya. Kabupaten Banjarnegara
memperoleh pasokan air dari Sungai Serayu dan anak-anak sungainya serta
dari Waduk PB. Sudirman melalui jaringan irigasi. Di samping dari
irigasi, banyak pembudidaya ikan memanfaatkan sumber air dari mata air,
terutama untuk kegiatan pembenihan.
Sedangkan untuk bak-bak permanen
maupun non permanen yang ukurannya relatif sempit banyak memanfaatkan
air sumur. Jenis usaha yang banyak diusahakan adalah pembenihan,
pendederan dan pembesaran. Hampir seluruh jenis ikan air tawar
dibudidayakan oleh para pembudidaya ikan di Kabupaten Banjarnegara, dari
jenis lokal hingga introduksi, dari jenis ikan untuk kebutuhan konsumsi
hingga ikan hias.
Namun dalam pengembangan budidaya muncul
berbagai permasalahan teknis seperti penurunan mutu induk dan benih,
serangan hama penyakit serta ketersediaan pakan ikan.
Untuk
mengantisipasi hal tersebut berbagai solusi dilakukan seperti menyiapkan
induk-induk ikan unggul guna menghasilkan benih tebar yang bermutu.
Penyiapan induk unggul berdasarkan pilihan jenis ikan yang berorientasi
pada nilai ekonomis, seperti gurami, nila, patin dan lele. Desa Luwung
dan Tanjunganom menjadi Sentra Benih, sedangkan Desa Mertasari Sentra
Pengembangan Minapadi. Sementara Desa Gurami dipusatkan di Desa
Blambangan .
Sumber induk unggul diharapkan dari Balai Benih Ikan
Lokal (BBIL). Sehingga di masa mendatang di Kabupaten Banjarnegara
terdapat 4 (empat) BBIL. Komoditas yang memasok kebutuhan induk untuk
Unit-unit Pembenihan Rakyat (UPR). Saat ini Kabupaten Banjarnegara baru
mempunyai 1 (satu) BBIL yang memproduksi berbagai komoditas sehingga
kurang optimal.
Guna menanggulangi serangan hama dan penyakit ikan
diperlukan pengembangan teknologi, seperti Indoor Hatchery Skala Rumah
Tangga (HSRT), pentahapan budidaya dan penanganan kesehatan lingkungan
budidaya. Agar penanggulangan hama dan penyakit ikan dapat dilakasanakan
dengan cepat dan tepat maka perlu adanya laboratorium mini yang
bersifat statis maupun dinamis.
Ketersediaan pakan yang bermutu,
murah, dan mudah didapat merupakan impian para pembudidaya ikan. Pakan
pabrikan relatif mahal. Perlu terobosan pemanfaatan teknologi tepat guna
pembuatan pakan menggunakan bahan baku lokal yang murah, mudah, namun
tetap bermutu. Peningkatan produksi ikan melalui ekstensifikasi,
intensifikasi lahan potensial agar lebih optimal dengan menerapkan
paket-paket teknologi budidaya ikan.
Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha perikanan juga mulai diarahkan pada kegiatan
pendukung produksi dan pasca produksi seperti Industri pakan ikan skala
rumah tangga serta memfasilitasi pengembangan industri pakan ikan skala
rumah tangga. Saat ini baru ada beberapa industri pakan ikan skala
rumah tangga. Industri pengolahan ikan skala rumah tangga Orientasi
kegiatan adalah memberi nilai tambahan dari hasil produksi perikanan
baik budidaya maupun penangkapan.
Produknya berupa keripik ikan,
baso ikan dan nugget ikan. Industri wisata perikanan orientasi kegiatan
mengakomodasi penyaluran hobi para pemancing dengan memfasilitasi usaha
kolam-kolam pemancingan. Industri kuliner perikanan orientasi kegiatan
membudayakan gemar makan ikan. Pendekatan pada rumah-rumah makan yang
ada di Kabupaten Banjarnegara.
Penangkapan
Di samping
membudidayakan ikan, masyarakat Kabupaten Banjarnegara juga banyak yang
melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan umum. Strategi lainnya
adalah penebaran benih di perairan umum (restocking). Di Kabupaten
Banjarnegara terdapat perairan umum berupa Sungai Serayu dan anak-anak
sungainya serta Waduk PB. Sudirman yang memiliki potensi perikanan
tangkap. Aliran sungai seluas 501,85 Ha dan Waduk PB. Sudirman seluas
1.250 Ha mampu menghasilkan produk perikanan tangkap sebanyak 176,67
ton.
Pemasaran
Sebagian besar hasil produksi perikanan dari
Kabupaten Banjarnegara dipasarkan di pasar lokal. Pasar ikan di
Kabupaten Banjarnegara berjumlah 8 buah, yang tersebar di sentra-sentra
produksi perikanan. Pasar ikan Purwonegoro merupakan pasar ikan yang
terbesar di Kabupaten Banjarnegara. Hampir 70 % produksi benih
dipasarkan di tempat ini, dengan jumlah pedagang rata-rata 150 orang di
setiap hari pasaran (Rabu, Minggu). Jumlah ini akan meningkat drastis
mencapai 300 - 400 orang pada saat-saat tertentu, seperti saat menjelang
Lebaran, Natal, serta pada bulan-bulan Desember dan Januari (pasca
pengeringan irigasi, kebutuhan benih meningkat).
Selain mencukupi
kebutuhan pasar lokal, hasil produksi perikanan Kabupaten Banjarnegara
juga didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pasar regional seperti
kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta dan juga
Jakarta.
Persiapan Menuju Kawasan Minapolitan
Salah satu program
pembangunan perikanan di Kabupaten Banjarnegara adalah Minapolitan.
Kawasan yang tercakup dalam kegiatan ini sebanyak lima Kecamatan yang
disebut Raja Purbawa (Rakit, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang dan
Wanadadi). Kegiatan Minapolitan diharapkan untuk mengeksplorasi usaha
perikanan dari hulu sampai hilir yang meliputi sarana dan prasarana
produksi dan pasca produksi.
Blambangan merupakan salah satu desa
yang penduduknya banyak berkecimpung di bidang perikanan, khususnya
pembesaran gurami. Luas kolam pembesaran gurami 17 Ha dengan produksi
106.250 kg gurami per tahun dan nilai produksi Rp. 2.655.125.000
Hasil produksi dari Desa Blambangan didistribusikan selain untuk
kebutuhan lokal juga kebutuhan regional seperti Semarang, Yogyakarta,
Jakarta, Bandung dan lain sebagainya. Rata-rata untuk setiap minggu 8 -
10 ton ikan gurami.
Salah satu pendukung keberhasilan usaha
perikanan di Desa Blambangan adalah kemampuan SDM. Sebagian pembudidaya
ikan bergabung dalam kelompok perikanan Sari Widodo dengan jumlah
anggota 22 orang.
Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah
irigasi dan peningkatan pendapatan petani/pembudidaya ikan adalah dengan
merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna, yaitu dengan menerapkan
teknologi Mina Padi.
Desa Mertasari Kecamatan Purwonegoro merupakan
salah satu kawasan pengembangan sistem usaha minapadi di Banjarnegara
dengan lahan seluas 49 Ha. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan
nila dan ikan mas, dengan produksi 5.684.000 ekor dan nilai produksi
sebesar Rp. 360.640.000,-
Minapolitan adalah konsep pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan dan memiliki prinsip
dasar seperti terintegrasi, efisiensi, berkualitas serta percepatan
kawasan minapolitan.
Sedangkan Kawasan Minapolitan adalah suatu
bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi, yang terdiri dari
sentra produksi, pengolahan dan pemasaran komoditas perikanan, pelayanan
jasa, dan kegiatan pendukung lainnya.
Banjarnegara memiliki potensi
dan syarat sebagai kawasan minapolitan diantaranya Komitmen Daerah
memberi kontribusi pembiayaan, personil dan fasilitas pengelolaan dan
pengembangan. Serta memiliki komoditas unggulan dengan nilai ekonomi
tinggi. Letak geografis yang strategis dan memenuhi persyaratan untuk
pengembangan produk unggulan.
Dukungan personil yang terdiri dari
Staf Bidang Perikanan sebanyak 12 personel , lulusan S1 Perikanan 8
orang, D3 Perikanan 2 orang, SLTA 2 orang , Staf BBI sebanyak 7 personel
, Penyuluh Perikanan sebanyak 7 personel , Penyuluh Perikanan Tenaga
Kontrak (PPTK) Pendamping PUMP dan KUR serta Tim Unit Pelayanan
Pengembangan (UPP) .
Persyaratan lainnya adalah Kesesuaian dengan
Renstra, RTRW dan RPIJM yang telah ditetapkan, terdapat unit produksi,
pengolahan, pemasaran dan usaha terkait sebagai pendukung. Tersedianya
fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan,
sarana produksi, pengolahan, pemasaran, kelembagaan usaha, serta
fasilitas penyuluhan dan pelatihan.
Kondisi lingkungan yang layak
yang diukur berdasarkan daya dukung lingkungan, adanya kelembagaan yang
bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan, ketersediaan data
dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan juga menjadi syarat
utama kawasan minapolitan. Semua persyaratan tersebut dimiliki oleh
Banjarnegara, sehingga Banjarnegara siap menjadi kawasan minapolitan.
Kenyataan bahwa nilai tawar para pembudi daya ikan masih sangat rendah.
Untuk itu diperlukan pelembagaan pembudi daya ikan yang kuat disertai
pendampingan dari para penyuluh perikanan yang profesional. Pemberdayaan
kelompok pembudi daya ikan terus-menerus diupayakan, namun yang
memprihatinkan adalah belum adanya penyuluh yang khusus menangani bidang
perikanan.
Bidang Peternakan
Di bidang peternakan dalam rangka
pengembangan ternak di Banjarnegara akan dilakukan dengan strategi
diantaranya gerakan sejuta straw, program Swasembada daging sapi dan
kerbau, village breeding center, serta pemberian bantuan keuangan untuk
pengembangan kelompok melalui (ternak, obat-obatan) SDM,PUAP,LM3.
Untuk mewujudkan hal tersebut saat ini masih terkendala dengan perubahan
fungsi lahan pertanian menjadi bukan untuk pertanian, serta dampak
perubahan iklim seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, serangan
organisme penggangu tanaman (OPT).
Kompetisi air irigasi dengan
kebutuhan rumah tangga dan industri juga menjadi salah satu kendala,
belum lagi kualitas SDM pertanian yang rendah (petani, Petugas),
kurangnya ketersedian sarana dan prasarana pertanian dari hulu on farm
dan hilir, serta persaingan pada era pasar global.
Kondisi Wilayah
Agroklimat Kabupaten Banjarnegara yang memiliki kelembaban dan suhu
tipikal daerah tropis merupakan tempat yang baik untuk tempat hidup
ternak. Jenis komoditas ternak yang menjadi produk unggulan di Kabupaten
Banjarnegara adalah ternak sapi, kambing dan domba. Sampai sekarang
ternak sapi dan kambing masih diusahakan secara tradisional oleh
penduduk sebagai mata pencaharian sampingan atau dijadikan tabungan.
Belum ada investor yang menanamkan modalnya untuk membudidayakan ternak
sapi dan kambing secara modern maka ternak sapi dan kambing merupakan
komoditas yang memiliki peluang investasi menjanjikan.
Domba yang
dibudidayakan di Kabupaten Banjarnegara adalah domba asli Kabupaten
Banjarnegara dengan nama Domba Batur. Domba Batur ini memiliki beberapa
kelebihan antara lain memiliki bobot badan maksimal (+ 100 - 120 Kg),
bobot badan rata-rata (+ 60-90 Kg), bulu halus dan tebal sehingga cocok
untuk dijadikan benang. Kandang yang digunakan juga mudah dan murah,
karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.
Hasil dari usaha
peternakan domba batur antara lain penjualan ternaknya sebagai ternak
potong, kotorannya untuk dimanfaatkan sebagai pupuk dan bulunya
dimanfaatkan untuk benang sebagai bahan kerajinan tenun dan hiasan
dinding maupun boneka sebagai souvenir. Saat ini Domba Batur belum
dibudidayakan secara maksimal, padahal jika Domba Batur ini
dibudidayakan secara komersil dan maksimal memiliki prospek investasi
yang sangat cerah.
Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif
Tujuan Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif adalah untuk
mempertahankan populasi sapi nasional yang ada melalui pencegahan
pemotongan sapi betina produktif serta Penyelamatan Sapi Betina
Produktif .
Penyediaan Bibit Sapi sendiri bertujuan untuk
Meningkatkan ketersediaan bibit dalam rangka memenuhi kebutuhan bakalan
sapi potong lokal untuk mencapai swasembada daging sapi secara
berkelanjutan.
Tujuan pengaturan stock daging sapi di dalam negeri
adalah untuk menstimulasi pengembangan usaha agribisnis sapi potong
berbasis sumberdaya lokal dengan dukungan ternak dan produksi daging
meningkat dan selanjutnya mewujudkan swasembada daging secara
berkelanjutan. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging serta
pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging. (anhar).
sumber : Dintankannak Kab. Banjarnegara